THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Senin, 09 Maret 2009

Madu di Cawan Retak

ada apa di dunia remaja kita saat ini?
entahlah, aku tak tahu pasti. entah karena zaman yang memang menjadi gila. atau penghuni - penghuninya yang sudah amnesia norma.

dunia remaja, betapa tidak, dunia yang penuh warna. masa - masa indah penuh mimpi dan romansa kehidupan lainnya. em...
menurut ilmu sosiologi, pada masa inilah manusia mulai belajar menjadi pemeran dalam kehidupannya. mulai tahu siapa dirinya dan bermain peran sesuai yang dia inginkan. penerapan norma mulai diserap dengan baik. meskipun pada masa ini keadaan emosi seseorang sering tidak stabil. karena masih dalam proses pencarian jati diri.

karena itulah...
remaja begitu mudah menerima hal - hal baru yang dia terima. terlepas dari hal itu baik atau tidak.

tapi sayangnya, saat ini hal - hal yang tidak baik itu lebih mudah dijumpai. di sudut dunia manapun, hal yang tak baik itu selalu terlihat lebih menyenangkan. dan tentunya hampir selalu membuat mata para remaja itu tertarik untuk melihat. bahkan mungkin ada yang lebih dari sekedar melihat.

ironi dengan hal - hal yang baik di dunia ini. entah orang - orang baik di dunia ini lebih senang diam di rumah atau memang sudah jarang ada orang baik. yang jelas, mencari hal - hal baik hampir sama saja dengan mencari orang hitam di tengah malam di awal bulan.

akibatnya?
remaja kita begitu senang menikmati madu di cawan yang retak. nikmat tentu saja. siapa yang tak tahu nikmatnya madu? tapi bukankah percuma saja? cawan yang retak, lama kelamaan akan pecah juga. bisa bayangkan sendiri kan betapa terganggunya kita jika gelas yang sedang kita gunakan pecah di bibir kita sendiri? hhhh....

tapi kenapa remaja kita begitu senang dibodohi oleh cawan - cawan retak itu? karena cawan yang retak lebih murah? pantaskah bibir kita terampas kesempatan menyampaikan kebajikan demi sebuah luka dari cawan murahan itu? rasanya kita diciptakan tak sedungu itu...

Tuhan Yang Maha Cerdas telah menciptakan kita dalam keadaan yang cerdas pula. lantas kenapa kita senang jadi orang bodoh? tak sukakah kita pada pemberian Tuhan yang mahal itu?

0 komentar: