THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Sabtu, 14 November 2009

UNTUK APA BERFILSAFAT?

Untuk apa manusia berfilsafat? Untuk apa memikirkan hal yang menguji nalar kita? Atau bahkan menggoyahkan iman kita?
Menurut saya, ada satu jawaban, yaitu untuk mempertahankan alasan keberadaan kita sebagai mahluk berakal. Perenungan filsafat lahir dari akal. Tentunya akal yang terus menguras fungsinya untuk berpikir. Dan itulah salah satu alasan keberadaan manusia di dunia. Jika manusia sudah tidak menggunakan akalnya lagi, maka dia tidak punya alasan untuk mempertahankan keberadannya di dunia. Dan di sinilah letak keunikan melakukan perenungan filsafat.
Banyak orang mengatakan, untuk apa? Hanya akan membuat hidup tambah rumit saja. Hanya menciptakan keragu-raguan baru saja. Jawabannya, itu bagi mereka yang melakukan perenungan filsafat setengah jalan. Jika filsafat adalah sebuah gunung, maka dakilah hingga ke puncaknya. Dan di sanalah kita akan menemukan keindahannya. Tapi jika kita mendakinya hanya di belantara hutannya saja, benar kita jadi santapan empuk binatang buas.
Demikianlah filsafat dalam hidup kita. Kita perlu berfilsafat bukan untuk menciptakan keraguan. Tetapi justru untuk menjawab keraguan itu melalui diri kita sendiri. Namun bukan berarti filsafat adalah jawaban atas semua permasalahan. Tapi filsafat ibarat sebuah teropong yang akan mengantar mata kita untuk melihat bintang yang berpijar. Lalu kita akan tahu bintang mana yang berpijar lebih terang dan berpendar pada diri kita? Maka, masihkah kita mengatakan filsafat hanya menambah masalah?

hm....

biar angin sapu lukamu...
biar Tuhan yang urus...

biar bintang temanimu...
biar Tuhan yang tentukan...

biar hujan basahi hatimu...
biar Tuhan yang indahkan...

bukan lisan, bukan akal, atau hendakmu...

Rabu, 04 November 2009

my life with my gun

I battle not with sword, but with word

I fight not with gun, but with my wrist

My words is my strength

My mind is the source of my life

My knowledge is deeper than sea

My imagination is larger than the ocean

Aku berperang bukan dengan pedang, tapi dengan kata

Aku berjuang bukan dengan senjata, tapi dengan pergelangan tanganku

Kata-kataku adalah kekuatanku

Pikiranku adalah sumber kehidupanku

Ilmuku lebih dalam dari lautan

Imajinasiku lebih luas dari samudera

Selasa, 06 Oktober 2009

after that?

aku tak pernah tahu kenapa keadaan jadi seperti ini
aku hanya terus mencoba menikmati keadaan
apapun yang terjadi...
setelahnya
itu urusan Tuhan...

thank you...

thanks for giving me the answers....

Sabtu, 12 September 2009

greenland

I see shark


No, it's impossible!
wake up girl!
there's only green...

PINK

something in your eyes...
makes me know how deep the sea

but something on the table...
makes me want to leave it...

how pink I am

apa saja

bagi Tuhan...
apa saja
tak ada yang sulit
apa saja

juga hatiku
yang kian lama membatu
pada engkau
yang lama

Minggu, 30 Agustus 2009

???

mengapa kau salahkan aku?
bukankah aku tak pernah memintamu seperti ini?
justru aku melarangmu, bukan?

biarkan aku pergi,boleh ya?
bukankah kau mencintaiku?
jadi mengapa tak kau biarkan aku bahagia?

kenapa kau mengorbankan hal yang tak kupinta?
salahkah caraku bicara padamu selama ini?
jadi aku harus bagaimana?

pahamkah kau kalau aku ingin sendiri?

Subhanallah...

Subhanallah...
Maha Suci Allah yang Maha Mensucikan
Sucikan ruh ini Ya Rabbana...
Sucikan jiwa ini
yang sejatinya hanya mahluk-Mu yang begitu kotor
Amin...

Senin, 17 Agustus 2009

masa lalu

duhai yang mulutya terkunci...
terkunci jugakah hatimu?
kuharap tidak
satu kesempatan saja
tak akan kusiakan lagi...

Kamis, 13 Agustus 2009

obat hati

hai, aku si obat hati
beli aku di apotek pikiran positif
alamatnya...
di jalan optimis no 1
kelurahan pantang menyerah
kecamatan sabar
kabupaten do'a tanpa henti
provinsi tawakal
negeri hidup penuh makna

selamat mencoba!

Awal Agustus Kelabu

bagaimana tidak aku berkata demikian... guru hidupku, inspirasi pertama yang membuatku tertarik pada dunia seni dan sastra, telah kembali ke pangkuan Yang Maha Abadi. . .
duhai guruku, idolaku, inspirasiku, kutitip bait-bait do'a untukmu. semoga yang terbaik selalu untukmu di sisi-Nya. amin...
aku, murid yang tak pernah kau jumpai, tapi selalu kau kasihi lewat karyamu yang menggetarkan hati, menyampaikan rasa cinta dan hormatku padamu.



Willibrordus Surendra Broto Rendra (lahir Solo, 7 November 1935) adalah penyair ternama yang kerap dijuluki sebagai "Burung Merak". Ia mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta pada tahun 1967 dan juga Bengkel Teater Rendra di Depok. Semenjak masa kuliah beliau sudah aktif menulis cerpen dan esai di berbagai majalah. Rendra adalah anak dari pasangan R. Cyprianus Sugeng Brotoatmodjo dan Raden Ayu Catharina Ismadillah. Ayahnya adalah seorang guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa pada sekolah Katolik, Solo, di samping sebagai dramawan tradisional; sedangkan ibunya adalah penari serimpi di keraton Surakarta. Masa kecil hingga remaja Rendra dihabiskannya di kota kelahirannya itu. Ia memulai pendidikannya dari TK (1942) hingga menyelesaikan sekolah menengah atasnya, SMA (1952), di sekolah Katolik, St. Yosef di kota Solo. Setamat SMA Rendra pergi ke Jakarta dengan maksud bersekolah di Akademi Luar Negeri. Ternyata akademi tersebut telah ditutup. Lalu ia pergi ke Yogyakarta dan masuk ke Fakultas Sastra, Universitas Gajah Mada. Walaupun tidak menyelesaikan kuliahnya , tidak berarti ia berhenti untuk belajar. Pada tahun 1954 ia memperdalam pengetahuannya dalam bidang drama dan tari di Amerika, ia mendapat beasiswa dari American Academy of Dramatical Art (AADA). Ia juga mengikuti seminar tentang kesusastraan di Universitas Harvard atas undangan pemerintah setempat.

Bakat sastra Rendra sudah mulai terlihat ketika ia duduk di bangku SMP. Saat itu ia sudah mulai menunjukkan kemampuannya dengan menulis puisi, cerita pendek dan drama untuk berbagai kegiatan sekolahnya. Bukan hanya menulis, ternyata ia juga piawai di atas panggung. Ia mementaskan beberapa dramanya, dan terutama tampil sebagai pembaca puisi yang sangat berbakat. Ia petama kali mempublikasikan puisinya di media massa pada tahun 1952 melalui majalah Siasat. Setelah itu, puisi-puisinya pun lancar mengalir menghiasi berbagai majalah pada saat itu, seperti Kisah, Seni, Basis, Konfrontasi, dan Siasat Baru. Hal itu terus berlanjut seperti terlihat dalam majalah-majalah pada dekade selanjutnya, terutama majalah tahun 60-an dan tahun 70-an. “Kaki Palsu” adalah drama pertamanya, dipentaskan ketika ia di SMP, dan “Orang-Orang di Tikungan Jalan” adalah drama pertamanya yang mendapat penghargaan dan hadiah pertama dari Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Yogyakarta. Pada saat itu ia sudah duduk di SMA. Penghargaan itu membuatnya sangat bergairah untuk berkarya. Prof. A. Teeuw, di dalam bukunya Sastra Indonesia Modern II (1989), berpendapat bahwa dalam sejarah kesusastraan Indonesia modern Rendra tidak termasuk ke dalam salah satu angkatan atau kelompok seperti Angkatan 45, Angkatan 60-an, atau Angkatan 70-an. Dari karya-karyanya terlihat bahwa ia mempunyai kepribadian dan kebebasan sendiri.
Karya-karya Rendra tidak hanya terkenal di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Banyak karyanya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, di antaranya bahasa Inggris, Belanda, Jerman, Jepang dan India. Ia juga aktif mengikuti festival-festival di luar negeri, di antaranya The Rotterdam International Poetry Festival (1971 dan 1979), The Valmiki International Poetry Festival, New Delhi (1985), Berliner Horizonte Festival, Berlin (1985), The First New York Festival Of the Arts (1988), Spoleto Festival, Melbourne, Vagarth World Poetry Festival, Bhopal (1989), World Poetry Festival, Kuala Lumpur (1992), dan Tokyo Festival (1995). Untuk kegiatan seninya Rendra telah menerima banyak penghargaan, antara lain Hadiah Pertama Sayembara Penulisan Drama dari Bagian Kesenian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Yogyakarta (1954) Hadiah Sastra Nasional BMKN (1956); Anugerah Seni dari Pemerintah Republik Indonesia (1970); Hadiah Akademi Jakarta (1975); Hadiah Yayasan Buku Utama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1976) ; Penghargaan Adam Malik (1989); The S.E.A. Write Award (1996) dan Penghargaan Achmad Bakri (2006).

Baru pada usia 24 tahun, ia menemukan cinta pertama pada diri Sunarti Suwandi. Dari wanita yang dinikahinya pada 31 Maret 1959 itu, Rendra mendapat lima anak: Teddy Satya Nugraha, Andreas Wahyu Wahyana, Daniel Seta, Samuel Musa, dan Klara Sinta. Satu di antara muridnya adalah Bendoro Raden Ayu Sitoresmi Prabuningrat, putri darah biru Keraton Yogyakarta, yang bersedia lebur dalam kehidupan spontan dan urakan di Bengkel Teater. Tugas Jeng Sito, begitu panggilan Rendra kepadanya, antara lain menyuapi dan memandikan keempat anak Rendra-Sunarti.

Ujung-ujungnya, ditemani Sunarti, Rendra melamar Sito untuk menjadi istri kedua, dan Sito menerimanya. Dia dinamis, aktif, dan punya kesehatan yang terjaga, tutur Sito tentang Rendra, kepada Kastoyo Ramelan dari Gatra. Satu-satunya kendala datang dari ayah Sito yang tidak mengizinkan putrinya, yang beragama Islam, dinikahi seorang pemuda Katolik. Tapi hal itu bukan halangan besar bagi Rendra. Ia yang pernah menulis litani dan mazmur, serta memerankan Yesus Kristus dalam lakon drama penyaliban Cinta dalam Luka, memilih untuk mengucapkan dua kalimat syahadat pada hari perkawinannya dengan Sito, 12 Agustus 1970, dengan saksi Taufiq Ismail dan Ajip Rosidi.

Peristiwa itu, tak pelak lagi, mengundang berbagai komentar sinis seperti Rendra masuk Islam hanya untuk poligami. Terhadap tudingan tersebut, Rendra memberi alasan bahwa ketertarikannya pada Islam sesungguhnya sudah berlangsung lama. Terutama sejak persiapan pementasan Kasidah Barzanji, beberapa bulan sebelum pernikahannya dengan Sito. Tapi alasan yang lebih prinsipil bagi Rendra, karena Islam bisa menjawab persoalan pokok yang terus menghantuinya selama ini: kemerdekaan individual sepenuhnya. Saya bisa langsung beribadah kepada Allah tanpa memerlukan pertolongan orang lain. Sehingga saya merasa hak individu saya dihargai, katanya sambil mengutip ayat Quran, yang menyatakan bahwa Allah lebih dekat dari urat leher seseorang. Toh kehidupannya dalam satu atap dengan dua istri menyebabkan Rendra dituding sebagai haus publisitas dan gemar popularitas. Tapi ia menanggapinya dengan ringan saja. Seperti saat ia menjamu seorang rekannya dari Australia di Kebun Binatang Gembira Loka, Yogyakarta. Ketika melihat seekor burung merak berjalan bersama dua betinanya, Rendra berseru sambil tertawa terbahak-bahak, Itu Rendra! Itu Rendra!. Sejak itu, julukan Burung Merak melekat padanya hingga kini. Dari Sitoresmi, ia mendapatkan empat anak: Yonas Salya, Sarah Drupadi, Naomi Srikandi, dan Rachel Saraswati. Sang Burung Merak kembali mengibaskan keindahan sayapnya dengan mempersunting Ken Zuraida, istri ketiga yang memberinya dua anak: Isaias Sadewa dan Maryam Supraba. Tapi pernikahan itu harus dibayar mahal karena tak lama sesudah kelahiran Maryam, Rendra menceraikan Sitoresmi pada 1979, dan Sunarti tak lama kemudian.

Karya Sajak/Puisi W.S. Rendra
Jangan Takut Ibu
Balada Orang-Orang Tercinta (Kumpulan sajak)
Empat Kumpulan Sajak
Rick dari Corona
Potret Pembangunan Dalam Puisi
Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta!
Nyanyian Angsa
Pesan Pencopet kepada Pacarnya
Rendra: Ballads and Blues Poem (terjemahan)
Perjuangan Suku Naga
Blues untuk Bonnie
Pamphleten van een Dichter
State of Emergency
Sajak Seorang Tua tentang Bandung Lautan Api
Mencari Bapak
Rumpun Alang-alang
Surat Cinta
Sajak Rajawali
Sajak Seonggok Jagung

Minggu, 02 Agustus 2009

Si Beruntung yang Selalu Dijaga Tuhan

aku gadis berusia 18 tahun. aku lahir dari sebuah keluarga sederhana yang sangat memanjakanku. dari kecil, sedikit-sedikit aku membuat bangga keluargaku dengan prestasi yang aku toreh. tapi dari kecil pula, aku begitu sering merepotkan mereka karena tubuhku yang rentan sakit. dari yang ringan yang hanya cukup istirahat selama tiga hari, sampai yang paling parah yang mengharuskanku tergolek lemah selama lebih dari satu bulan.

si sakit inipun akhhirnya lulus sekolah dasar dengan nilai yang mengagumkan dan masuk ke sebuah Sekolah Menengah Pertama yang nomor wahid di kabupatenku. di sini, banyak hal baru yang aku temukan.dan di sini pulalah aku mulai berkarya,menapaki jejak langkah baru dalam hidupku. di sekolahku tercinta ini, aku mulai tahu siapa aku dan untuk apa aku ada. tentu saja semua terjadi tak lepas dari dukungan ibunda tercinta, ayah tersayang,dan kakakku yang terhebat.

segala yang menyibukanku di sekolah ini membuat aku sering lupa bahwa tubuhku tak sekuat teman-temanku. sering aku terjatuh saat aku mengikuti kegiatan di sekolahku ini. tapi aku kemudian seolah tak peduli setelah aku kembali pulih. dan setelah itu, simsalabim! aku bagai tak sakit apa-apa.

tapi di akhir masa sekolahku di sini, aku merasa ada sesuatu yang jahat yang sedang menggerogoti tubuhku. tapi sekali lagi, aku tak begitu peduli!

aku lulus SMP! betapa bangganya aku, karena kini seragam putih-abu yang terlihat begitu gagah telah kusandang di tubuhku. tapi ada yang semakin ganjal di tubuhku. aku menjadi kian lemah dan sering jatuh pingsan tanpa sebab yang terlalu penting atau membahayakan. begitu banyak bagian tubuhku yang sering terasa sakit, mulai dari kepala, kaki, lambung, dan lainnya.

aku pun akhirnya memeriksakan diriku pada seorang dokter ahli rujukan dari dokter umum yang sudah berkali-kali tak mampu mengatasi penyakitku. dan sebuah vonis menakutkan aku terima saat aku memeriksakan diri pada sang dokter ahli itu. penyakit ini rasanya bagai monster yang mengintai dan siap menghancurkan hidupku yang t'lah kutata demikian indah dengan segala asa dan mimpiku.

hidup harus terus berlanjut! itulah yang jadi peganganku saat itu. apapun resikonya, aku harus terus berjuang meraih apa yang telah kugantungkan di langit impianku. meski puluhan kali atau mungkin ratusan kali aku harus pingsan di sekolah, merepotkan semua orang, terkulai lemah di rumah sakit, dan terancam tak akan naik kelas karena sering absen, aku tak mau berhenti sampai di sini. karena bagiku Tuhan pasti menolongku dan Tuhan tak akan suka kalau aku berhenti begitu saja.

untuk pertama kalinya aku terpuruk di bidang akademis, bahkan ada nilai merah mampir di raportku. tapi setidaknya, aku naik kelas dan masuk jurusan yang sesuai dengan minatku dari kecil:BAHASA!
dan di sinilah aku mulai bangkit dan menata ulang kehidupanku. aku sadar dengan keterbatasanku karena penyakit ini. makanya aku sangat berhati-hati dan berusaha sekuat tenaga untuk sembuh. aku jauhkan diriku dari berbagai pola hidup tak sehat dan sembarangan seperti dulu. aku juga lebih banyak memikirkan kesehatanku dan tak asal lagi dalam melakukan berbagai hal yang sekiranya membahayakan kesehatanku. aku berjuang semampuku. dengan keterbatasan ini aku belajar dengan keras, dan masih sesekali aku melakukan sesuatu yang bisa dibanggakan. aku masih aktif di berberapa kegiatan sekolah dan mengikuti berbagai perlombaan. meski tak semulus dulu waktu aku masih sehat, tapi aku cukup puas dengan hasilnya. dan alhamdulillah,aku,si sakit ini ternyata diakui sebagai salah satu bagian penting di sekolahku. meski sebenarnya tak banyak yang aku lakukan untuk sekolah ini.

tak terasa waktu berlari menarikku untuk menatap masa depan. aku kelas Tiga SMA sekarang. ujian negara yang menentukan masa depanku itu siap menanti di depan mata. sekolahku, seperti sekolah-sekolah lainnya menyiapkan berbagai persiapan. salah satunya adalah Try Out Ujian Nasional. dan sebuah kejadian menakutkan terjadi. aku tak bisa menghitamkan lembar jawab komputer yang tersedia! entah kenapa dan dari mana awalnya, tapi yang pasti lembar jawabku kacau oleh tanganku sendiri. aku tak tahu ini apa,tapi yang jelas tanganku tak mampu untuk bergerak halus menghitamkan lembar jawab itu. dan ternyata itu adalah salah satu dampak dari penyakit yang aku alami. aku takut, cemas, dan merasa terancam. bagaimana aku menghadapi ujian nanti? haruskah aku tak lulus hanya karena tanganku tak mampu mengendalikan rasa sakit akibat penyakit ini?

beruntunglah, aku tak sendiri. orang tua, teman, dan guru-guruku selalu mendukung dan membesarkan hatiku. meskipun ada beberapa orang yang menuduhku mengada-ada semua ini. padahal, untuk apa aku berbohong? tak ada untungnya kan? tapi begitulah manusia.

Unian Nasional yang aku takuti itupun tiba juga untuk kuhadapi. akhirnya, aku dapat dispensasi dengan bantuan surat keterangan dari dokter. aku menjawab pada lembar soal dengan mencontreng jawaban di lembar soal, lalu setelah itu pengawas ujian yang memindahkannya ke lembar jawab komputer yang tersedia. dan setiap hari selama ujian, seusai menjawab semua soal, aku jatuh pingsan atau kadang hanya sekedar jatuh dari kursi dudukku begitu saja. dan setiap hari itu pula aku dibawa ke ruang panitia untuk dipulihkan lalu diantar pulang.

hari-hari mendebarkan seolah tak mau lepas dari hidupku. aku ingin melanjutkan kuliah. tapi sudah dua kali aku ditolak dua universitas melalui jalur PMDK. aku bingung harus menempuh jalur apa? karena untuk melalui jalur test, aku takut kejadian saat UN terjadi lagi. tapi sekali lagi, semangat membara dalam diriku seolah tak pernah Tuhan izinkan untuk padam. aku pun menempuh jalur ujian masuk ke salah satu perguruan tinggi negeri di Bandung jurusan Psikologi, seperti cita-citaku dari kecil.

16 Juni 2009 adalah tanggal yang paling membuat jantungku berdebar tak karuan. betepa tidak? hari ini ada dua pengumuman penting yang aku nantikan. pengumuman kelulusan SMA dan hasil Ujian Masuk ke PTN yang tadi aku ceritakan.

dan aku bagai pelangi yang bersinar cerah setelah hujan membasahi bumi... aku lulus! dua-duanya! alhamdulillah... segala puji bagi Allah... betapa aku bahagia, karena jerih payahku yang terlunta-lunta dengan penyakit ini ternyata tak sia-sia. kini aku tahu, bahwa segalanya sangat mungkin bagi Allah. buktinya aku, si sakit yang menderita ini, yang kata orang tak akan mampu melakukan apa-apa lagi selain diam dan terkurung dalam penyait ini, ternyata mampu melakukannya! Allahu akbar!

penyakit ini memang telah merenggut banyak hal dari hidupku. tapi penyakit ini juga telah memberiku sebuah kado yang sangat istimewa, yaitu sebuah keyakinan, bahwa semua manusia di muka bumi ini selalu beruntung. karena kita, selalu punya Tuhan. kita punya Allah yang tak pernah tidur dan selalu menjaga kita.

hidu ini indah...
hidup ini penuh keajaiban kawan...
karena Allah Maha Segala...

masih adakah?

aku selalu lupa kalau kau telah pergi
aku selalu lupa kalau aku bukan siapa-siapa bagimu

tapi hati ini seolah tak bisa berpaling
dia,atau siapapun tak pernah mampu menyingkirkanmu dari relung hati ini

masihkah ada celah
yang bisa aku susuri, lalu aku tempati seperti dahulu?

Selasa, 14 Juli 2009

Selasa, Oktober 28, 2008 yth. bapak politikus......

pak, aq gadis 17 tahun
yang baru tahu sedikit tentang politik
baru kemarin aku dapat kartu pemilih dari KPU
tapi bapak tahu tidak?
aku bagai kucing dalam karung
foto-foto manis bapak
di sana bapak tersenyum merajuk merayu
manis sekali,pak.....
subhanallah....
motto bapak sangat menggugah pemilih seharga SEPULUH RIBU RUPIAH
tapi pak, aq cuma rakyat jelata tanpa harta
aq, orang tua, dan tetanggaku
tak tahu apa-apa soal politik
kami cuma tahu menanak nasi yang enak
trus makan sampai kenyang...
jadi pak, tak perlu beretoris panjang-panjang!
khawatir kuping kami keriting, eh kerontang maksudnya!
maaf ya pak!
aq cuma ngasih saran kok...........
kami butuh bapak bawa cangkul ke sawah
bukan bawa amplop ke kantor KPU
ok, Pak?

aku

jangan cari aku
jika kau mencari teman bicara

jangan cari aku
jika kau mencari teman tertawa

jangan cari aku
jika kau mencari teman menangis

jangan cari aku
jika kau mencari seorang sahabat sejati

jangan pula cari aku
jika kau mencari seorang kekasih

carilah aku
jika kau mencari seseorang yang menunggumu pulang
dengan segala yang kau bawa dari luar sana

Senin, 13 Juli 2009

Belenggu

ada malaikat kecil
berbisik mengusik
menggelitik daun telinga
buat aku ternganga
terpana dalam tanya

ini belenggu buatku kaku
sedang malaikat kecilitu hanya terpaku

aku menatap malu
dengan mata sayu

Selasa, 16 Juni 2009

kalau sekarang ada lomba deg-degan sedunia...

andai saja sekarang ada lomba deg-degan sedunia....
pasti aku yang menang...

aduch...,
deg-degan pisan mamah!

hasil ujian masuk upi belum bisa dibuka wae....
ya Allah berikan kesabaran pada hamba-Mu ini...

duch si aku dah gak sabar...,
keterima gak yach?

pokok'e
kalau sekarang da lomba deg-degan sedunia,,,












"malaikat juga tahu... aku kan jadi juaranya!"



he,,, he,,, he,,,

Senin, 15 Juni 2009

Tak Pernah Ada Yang Tahu

tak pernah ada yang tahu
satupun
setitikpun

tinta yang membekas di hatiku

karena lautan rahasia terdalam ini
tak pernah terselami
siapa atau apapun

karena aku tak relakan pendangkalan untuk apapun

hingga
tak pernah ada yang tahu
engkau dalam - dalam hatiku

Jumat, 29 Mei 2009

Diamlah

diamlah
tak perlu katakan apa-apa

tak ada yang sulit
karena Tuhan tak pernah memberi yang sulit-sulit

kita yang menaruh curiga terlalu banyak




"penyakit ini boleh jadi menggerogoti tubuhku
tapi tidak SEMANGATKU!"

sesuatu yang...

tak pernah terjadi



tentu kurasa



membingungkan



Tuhan, tolong hamba-Mu ini...

MUHASABAH CINTA

Wahai, Pemilik Nyawaku...
Betapa lemah diriku ini
Berat ujian dari-Mu
Kupasrahkan semua, pada-Mu

Tuhan, baru kusadar
Indah, nikmat sehat itu
Tak pandai aku bersyukur
Kini kuharapkan cinta-Mu

Kata-kata cinta terucap indah
Mengalir berdzikir di kidung do'aku
Sakit yang kurasa biar jadi penawar dosaku

Butir-butir cinta air mataku
Teringat semua yang Kau beri untukku
Ampuni khilaf dan salah selama ini, Ya Illahi
Muhasabah cintaku...

Tuhan...
Kuatkan aku, lindungiku dari putus asa
Jika kuharus mati
Pertemukan aku dengan-Mu...

Edcoustic

Minggu, 10 Mei 2009

Terima Kasih...

Terima kasih
Telah menamparku
membuat lebam pipiku
menorehkan nyeri bibirku

ternyata kau bukan untukku

terima kasih telah menyadarkanku

meski aku masih ingin berandai semua dusta
seperti yang biasa kau lakoni kapan saja dalam hidupmu

aku
tahu
ini
sudah saatnya bagiku untuk melabuhkan hatiku pada kenyataan kendati amat perih dan menguras air mata serta darahku tapi aku tahu aku harus bisa karena inilah pilihan karena hidup penuh pilihan dan ini yang aku pilih yakni sebuah intrik yang dulu kukira tak begini.


ah. .

aku memang terlalu naif
terima kasih kau menyadarkan bahwa aku telah lalai menggunakan kecerdasanku

oh diriku malang...
maaf aku telah mengendapkan kearifanku
juga membekukan akal sehatku


tapi terima kasih juga
karena kau tetap sudi jadi diriku. . .

Jumat, 27 Maret 2009

Go To Cambodia

senangnya jd DUBES....
meski cuma pura-pura! HE,,,
ya,,, mungkin ni lomba terakhir yang nita ikuti selama di DUTA.....




















kost ceria...........

emh....

nta udah tua ya? dah mau kuliah lg.....,

so,,,


dah hampir 6taun dong ya nta kost?


tapi baru kali ni nta kost bareng ma tmen se-eS-eM-A
sbenernya si mereka tmen eSeMPe nta jg....


senangnya, di akhir masa eS-eM-A yang pelik dan penuh warna,
nta punya kenangan manis di tempat kost....
ni....















ni trio DUTA yg tinggal senasib sepenanggungan di loji kost kita yg tercinta....

WinD_Cute,,,


Cha_Hap"

and,,,

me,,,,






Be Simple Be Happy

manusia selalu menuntut kebahagiaan pada Tuhan
padahal kebahagiaan itu datang setiap hari
tapi sayang
kita terlalu senang menganggap diri paling malang.......

mungkin termasuk aku yang senang menangis

untunglah dunia telah mendidikku
hingga aku tahu
bahwa kemalanganku justru sumber kebahagiaanku

dan mulai sekarang...
akan aku buat jalan itu
jalan yang lebih mudah

karena bagiku...
di mana ada keinginan, maka di situlah kita harus membuat jalan termudah yang kita bisa!

karena kebahagiaan itu, bukan sesuatu yang bisa kita temukan,




tapi,,,





sesuatu yang bisa kita ciptakan!

Kamis, 12 Maret 2009

Tuhan Jika Ini Permintaan Terakhirku

Tuhan, jika ini adalah kesempatan terakhirku untuk meminta pada-Mu
Aku hanya ingin satu
Ikhlas
Atas sakit yang Kau titipkan padaku
Karena aku begitu sering tak sanggup
Aku hanya mahluk-Mu yang maha lemah
jadi aku minta
berikan ikhlas itu
berikan sabar itu
dan berikan kekuatan itu
untukku, Tuhan


Andai aku mampu
Aku terima semua ini
karena ini bukti cinta-Mu padaku


Tapi...
karena sekali lagi, aku lemah
Aku ingin kau cabut rasa sakit ini dari tubuhku, Tuhan
Karena aku sering tak sanggup
Maaf jika aku lancang, Tuhan
Takdirkanlah kesembuhan itu untukku
Aku mohon...


Amin.

Jalan Pulang Ini Punyamu

Pergilah
Tapi cinta ini masih milikmu
Jangan tanyakan sampai kapan
Karena aku tak pernah tahu

Aku tahu beban yang kau pikul
Tak sama dengan yang lain
Andai kau tahu, justru itu yang membuatmu selalu berarti di mataku
Meski karena itu kau bahkan tak mampu memiliki hidupmu

Berjuanglah
Perjuangkan semua yang harus kau perjuangkan
Dengan segenap kekuatan yang kau miliki
Karena hatiku selalu yakin kau mampu
Selalu...

Satu yang harus kau tahu
Jalan pulang ini punyamu
Jika kau lelah dan ingin membagi air mata
Sungguh aku ingin jadi temanmu menangis

Karena aku...........
Menyimpanmu di sini

Senin, 09 Maret 2009

Madu di Cawan Retak

ada apa di dunia remaja kita saat ini?
entahlah, aku tak tahu pasti. entah karena zaman yang memang menjadi gila. atau penghuni - penghuninya yang sudah amnesia norma.

dunia remaja, betapa tidak, dunia yang penuh warna. masa - masa indah penuh mimpi dan romansa kehidupan lainnya. em...
menurut ilmu sosiologi, pada masa inilah manusia mulai belajar menjadi pemeran dalam kehidupannya. mulai tahu siapa dirinya dan bermain peran sesuai yang dia inginkan. penerapan norma mulai diserap dengan baik. meskipun pada masa ini keadaan emosi seseorang sering tidak stabil. karena masih dalam proses pencarian jati diri.

karena itulah...
remaja begitu mudah menerima hal - hal baru yang dia terima. terlepas dari hal itu baik atau tidak.

tapi sayangnya, saat ini hal - hal yang tidak baik itu lebih mudah dijumpai. di sudut dunia manapun, hal yang tak baik itu selalu terlihat lebih menyenangkan. dan tentunya hampir selalu membuat mata para remaja itu tertarik untuk melihat. bahkan mungkin ada yang lebih dari sekedar melihat.

ironi dengan hal - hal yang baik di dunia ini. entah orang - orang baik di dunia ini lebih senang diam di rumah atau memang sudah jarang ada orang baik. yang jelas, mencari hal - hal baik hampir sama saja dengan mencari orang hitam di tengah malam di awal bulan.

akibatnya?
remaja kita begitu senang menikmati madu di cawan yang retak. nikmat tentu saja. siapa yang tak tahu nikmatnya madu? tapi bukankah percuma saja? cawan yang retak, lama kelamaan akan pecah juga. bisa bayangkan sendiri kan betapa terganggunya kita jika gelas yang sedang kita gunakan pecah di bibir kita sendiri? hhhh....

tapi kenapa remaja kita begitu senang dibodohi oleh cawan - cawan retak itu? karena cawan yang retak lebih murah? pantaskah bibir kita terampas kesempatan menyampaikan kebajikan demi sebuah luka dari cawan murahan itu? rasanya kita diciptakan tak sedungu itu...

Tuhan Yang Maha Cerdas telah menciptakan kita dalam keadaan yang cerdas pula. lantas kenapa kita senang jadi orang bodoh? tak sukakah kita pada pemberian Tuhan yang mahal itu?

Kamis, 05 Maret 2009

Surat Rahasia

oh tahukah kau
ini buatmu
tentang hatiku yang tak pernah bicara
pada siapa atau apapun juga
akan siluet senja
yang engkau ukir
katamu,
buat hidup yang harus aku tegarkan

aku ingin Tuhan takdirkan engkau untukku

betapa....
kedamaian itu kita!

BUKU TAMU MUSIUM PERJUANGAN - Taufiq Ismail

Pada tahun keenam
Setelah di kota kami didirikan
Sebuah Musium Perjuangan
Datanglah seorang lelaki setengah baya
Berkunjung dari luar kota
Pada sore bulan November berhujan
dan menulis kesannya di buku tamu
Buku tahun keenam, halaman seratus-delapan

Bertahun-tahun aku rindu
Untuk berkunjung kemari
Dari tempatku jauh sekali
Bukan sekedar mengenang kembali
Hari tembak-menembak dan malam penyergapan
Di daerah ini
Bukan sekedar menatap lukisan-lukisan
Dan potret-potret para pahlawan
Mengusap-usap karaben tua
Baby mortir buatan sendiri
Atau menghitung-hitung satyalencana
Dan selalu mempercakapkannya

Alangkah sukarnya bagiku
Dari tempatku kini, yang begitu jauh
Untuk datang seperti saat ini
Dengan jasad berbasah-basah
Dalam gerimis bulan November
Datang sore ini, menghayati musium yang lengang
Sendiri
Menghidupkan diriku kembali
Dalam pikiran-pikiran waktu gerilya
Di waktu kebebasan adalah impian keabadian
Dan belum berpikir oleh kita masalah kebendaan
Penggelapan dan salahguna pengatasnamaan

Begitulah aku berjalan pelan-pelan
Dalam musium ini yang lengang
Dari lemari kaca tempat naskah-naskah berharga
Kesangkutan ikat-ikat kepala, sangkur-sangkur
berbendera
Maket pertempuran
Dan penyergapan di jalan
Kuraba mitraliur Jepang, dari baja hitam
Jajaran bisu pestol Bulldog, pestol Colt

PENGOEMOEMAN REPOEBLIK yang mulai berdebu
Gambar lasykar yang kurus-kurus
Dan kuberi tabik khidmat dan diam
Pada gambar Pak Dirman
Mendekati tangga turun, aku menoleh kembali
Ke ruangan yang sepi dan dalam
Jendela musium dipukul angin dan hujan
Kain pintu dan tingkap bergetaran
Di pucuk-pucuk cemara halaman
Tahun demi tahun mengalir pelan-pelan

Deru konvoi menjalari lembah
Regu di bukit atas, menahan nafas

Di depan tugu dalam musium ini
Menjelang pintu keluar ke tingkat bawah
Aku berdiri dan menatap nama-nama
Dipahat di sana dalam keping-keping alumina
Mereka yang telah tewas
Dalam perang kemerdekaan
Dan setinggi pundak jendela
Kubaca namaku disana.....

GUGUR DALAM PENCEGATAN
TAHUN EMPATPULUH-DELAPAN

Demikian cerita kakek penjaga
Tentang pengunjung lelaki setengah baya
Berkemeja dril lusuh, dari luar kota
Matanya memandang jauh, tubuh amat kurusnya
Datang ke musium perjuangan
Pada suatu sore yang sepi
Ketika hujan rinai tetes-tetes di jendela
Dan angin mengibarkan tirai serta pucuk-pucuk cemara
Lelaki itu menulis kesannya di buku-tamu
Buku tahun-keenam, halaman seratus-delapan
Dan sebelum dia pergi
Menyalami dulu kakek Aki
Dengan tangannya yang dingin aneh
Setelah ke tugu nama-nama dia menoleh
Lalu keluarlah dia, agak terseret berjalan
Ke tengah gerimis di pekarangan
Tetapi sebelum ke pagar halaman
Lelaki itu tiba-tiba menghilang

When You Say Nothing at All - Ronnan Keating

It's amazing
How you can speak
Right to my heart
Without saying a word,
You can light up the dark
Try as I may
I could never explain
What I hear when
You don't say a thing

[CHORUS:]
The smile on your face
Lets me know
That you need me
There's a truth
In your eyes
Saying you'll never leave me
The touch of your hand says
You'll catch me
Whenever I fall
You say it best
When you say
Nothing at all

All day long
I can hear people
Talking out loud
But when you hold me near
You drown out the crowd
(The crowd)
Try as they may
They could never define
What's been said
Between your
Heart and mine

[Repeat chorus twice]

(You say it best
When you say
Nothing at all
You say it best
When you say
Nothing at all)

The smile on your face
The truth in your eyes
The touch of your hand
Let's me know

(You say it best
When you say
Nothing at all
You say it best
When you say
Nothing at all)

The smile on your face
The truth in your eyes
The touch of your hand
Let's me know
That you need me

(You say it best
When you say
Nothing at all
You say it best
When you say
Nothing at all)




Jumat, 20 Februari 2009

Gaza Tonight by Michael Heart

A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they're dead or alive

They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who's wrong or right

But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

Senin, 16 Februari 2009

Taufiq Ismail

taufik00.gif

Taufiq Ismail lahir di Bukittinggi, 25 Juni 1935. Masa kanak-kanak sebelum sekolah dilalui di Pekalongan. Ia pertama masuk sekolah rakyat di Solo. Selanjutnya, ia berpindah ke Semarang, Salatiga, dan menamatkan sekolah rakyat di Yogya. Ia masuk SMP di Bukittinggi, SMA di Bogor, dan kembali ke Pekalongan. Pada tahun 1956–1957 ia memenangkan beasiswa American Field Service Interntional School guna mengikuti Whitefish Bay High School di Milwaukee, Wisconsin, AS, angkatan pertama dari Indonesia.

Ia melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan, Universitas Indonesia (sekarang IPB), dan tamat pada tahun1963. Pada tahun 1971–1972 dan 1991–1992 ia mengikuti International Writing Program, University of Iowa, Iowa City, Amerika Serikat. Ia juga belajar pada Faculty of Languange and Literature, American University in Cairo, Mesir, pada tahun 1993. Karena pecah Perang Teluk, Taufiq pulang ke Indonesia sebelum selesai studi bahasanya.

Semasa mahasiswa Taufiq Ismail aktif dalam berbagai kegiatan. Tercatat, ia pernah menjadi Ketua Senat Mahasiswa FKHP UI (1960–1961) dan Wakil Ketua Dewan Mahasiswa (1960–1962).
Ia pernah mengajar sebagai guru bahasa di SMA Regina Pacis, Bogor (1963-1965), guru Ilmu Pengantar Peternakan di Pesantren Darul Fallah, Ciampea (1962), dan asisten dosen Manajemen Peternakan Fakultas Peternakan, Universitas Indonesia Bogor dan IPB (1961-1964). Karena menandatangani Manifes Kebudayaan, yang dinyatakan terlarang oleh Presiden Soekarno, ia batal dikirim untuk studi lanjutan ke Universitas Kentucky dan Florida. Ia kemudian dipecat sebagai pegawai negeri pada tahun 1964.

Taufiq menjadi kolumnis Harian KAMI pada tahun 1966-1970. Kemudian, Taufiq bersama Mochtar Lubis, P.K. Oyong, Zaini, dan Arief Budiman mendirikan Yayasan Indonesia, yang kemudian juga melahirkan majalah sastra Horison (1966). Sampai sekarang ini ia memimpin majalah itu.

Taufiq merupakan salah seorang pendiri Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Taman Ismail Marzuki (TIM), dan Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ) (1968). Di ketiga lembaga itu Taufiq mendapat berbagai tugas, yaitu Sekretaris Pelaksana DKJ, Pj. Direktur TIM, dan Rektor LPKJ (1968–1978). Setelah berhenti dari tugas itu, Taufiq bekerja di perusahaan swasta, sebagai Manajer Hubungan Luar PT Unilever Indonesia (1978-1990).

Pada tahun 1993 Taufiq diundang menjadi pengarang tamu di Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, Malaysia.
Sebagai penyair, Taufiq telah membacakan puisinya di berbagai tempat, baik di luar negeri maupun di dalam negeri. Dalam setiap peristiwa yang bersejarah di Indonesia Taufiq selalu tampil dengan membacakan puisi-puisinya, seperti jatuhnya Rezim Soeharto, peristiwa Trisakti, dan peristiwa Pengeboman Bali.

Hasil karya:

1. Tirani, Birpen KAMI Pusat (1966)
2. Benteng, Litera ( 1966)
3. Buku Tamu Musium Perjuangan, Dewan Kesenian Jakarta (buklet baca puisi) (1972)
4. Sajak Ladang Jagung, Pustaka Jaya (1974)
5. Kenalkan, Saya Hewan (sajak anak-anak), Aries Lima (1976)
6. Puisi-puisi Langit, Yayasan Ananda (buklet baca puisi) (1990)
7. Tirani dan Benteng, Yayasan Ananda (cetak ulang gabungan) (1993)
8. Prahara Budaya (bersama D.S. Moeljanto), Mizan (1995)
9. Ketika Kata Ketika Warna (editor bersama Sutardji Calzoum Bachri, Hamid Jabbar, Amri Yahya, dan Agus Dermawan, antologi puisi 50 penyair dan repoduksi lukisan 50 pelukis, dua bahasa, memperingati ulangtahun ke-50 RI), Yayasan Ananda (1995)
10. Seulawah — Antologi Sastra Aceh (editor bersama L.K. Ara dan Hasyim K.S.), Yayasan Nusantara bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Khusus Istimewa Aceh (1995)
11. Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia, Yayasan Ananda
12. Dari Fansuri ke Handayani (editor bersama Hamid Jabbar, Herry Dim, Agus R. Sarjono, Joni Ariadinata, Jamal D. Rahman, Cecep Syamsul Hari, dan Moh. Wan Anwar, antologi sastra Indonesia dalam program SBSB 2001), Horison-Kakilangit-Ford Foundation (2001)
13. Horison Sastra Indonesia, empat jilid meliputi Kitab Puisi (1), Kitab Cerita Pendek (2), Kitab Nukilan Novel (3), dan Kitab Drama (4) (editor bersama Hamid Jabbar, Agus R. Sarjono, Joni Ariadinata, Herry Dim, Jamal D. Rahman, Cecep Syamsul Hari, dan Moh. Wan Anwar, antologi sastra Indonesia dalam program SBSB 2000-2001, Horison-Kakilangit-Ford Foundation (2002)

Karya terjemahan:
1. Banjour Tristesse (terjemahan novel karya Francoise Sagan, 1960)
2. Cerita tentang Atom (terjemahan karya Mau Freeman, 1962)
3. Membangun Kembali Pikiran Agama dalam Islam (dari buku The Reconstruction of Religious Thought in Islam, M. Iqbal (bersama Ali Audah dan Goenawan Mohamad), Tintamas (1964)

Atas kerja sama dengan musisi sejak 1974, terutama dengan Himpunan Musik Bimbo (Hardjakusumah bersaudara), Chrisye, Ian Antono, dan Ucok Harahap, Taufiq telah menghasilkan sebanyak 75 lagu.

Ia pernah mewakili Indonesia baca puisi dan festival sastra di 24 kota di Asia, Amerika, Australia, Eropa, dan Afrika sejak 1970. Puisinya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa, Sunda, Bali, Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, dan Cina.

Kegiatan kemasyarakatan yang dilakukannnya, antara lain menjadi pengurus perpustakaan PII, Pekalongan (1954-56), bersama S.N. Ratmana merangkap sekretaris PII Cabang Pekalongan, Ketua Lembaga Kesenian Alam Minangkabau (1984-86), Pendiri Badan Pembina Yayasan Bina Antarbudaya (1985) dan kini menjadi ketuanya, serta bekerja sama dengan badan beasiswa American Field Service, AS menyelenggarakan pertukaran pelajar. Pada tahun 1974–1976 ia terpilih sebagai anggota Dewan Penyantun Board of Trustees AFS International, New York.

Ia juga membantu LSM Geram (Gerakan Antimadat, pimpinan Sofyan Ali). Dalam kampanye antinarkoba ia menulis puisi dan lirik lagu “Genderang Perang Melawan Narkoba” dan “Himne Anak Muda Keluar dari Neraka” dan digubah Ian Antono). Dalam kegiatan itu, bersama empat tokoh masyarakat lain, Taufiq mendapat penghargaan dari Presiden Megawati (2002).

Kini Taufiq menjadi anggota Badan Pertimbangan Bahasa, Pusat Bahasa dan konsultan Balai Pustaka, di samping aktif sebagai redaktur senior majalah Horison.

Anugerah yang diterima:

1. Anugerah Seni dari Pemerintah RI (1970)
2. Cultural Visit Award dari Pemerintah Australia (1977)
3.South East Asia (SEA) Write Award dari Kerajaan Thailand (1994)
4. Penulisan Karya Sastra dari Pusat Bahasa (1994)
5. Sastrawan Nusantara dari Negeri Johor,
Malaysia (1999)
6. Doctor honoris causa dari Universitas Negeri Yogyakarta (2003)

Taufiq Ismail menikah dengan Esiyati Yatim pada tahun 1971 dan dikaruniai seorang anak laki-laki, Bram Ismail. Bersama keluarga ia tinggal di Jalan Utan Kayu Raya 66-E, Jakarta 13120.

SURAT INI ADALAH SEBUAH SAJAK TERBUKA Oleh: Taufiq Ismail


surat-ini-adalah-sebuah-sajak-terbuka.jpg

Surat ini adalah sebuah sajak terbuka
Ditulis pada sebuah sore yang biasa. Oleh
Seorang warganegara biasa
Dari republik ini

Surat ini ditujukan kepada
Penguasa-penguasa negeri ini. Mungkin dia
Bernama Presiden. Jenderal. Gubernur.
Barangkali dia Ketua MPRS
Taruhlah dia anggota DPR
Atau pemilik sebuah perusahaan politik
(bernama partai)
Mungkin dia Mayor, Camat atau Jaksa
Atau Menteri. Apa sajalah namanya
Malahan mungkin dia saudara sendiri

Jika ingin saya tanyakan adalah
Tentang harga sebuah nyawa di negara kita
Begitu benarkah murahnya? Agaknya
Setiap bayi dilahirkan di Indonesia
Ketika tali-nyawa diembuskan Tuhan ke pusarnya
Dan menjeritkan tangis-bayinya yang pertama
Ketika sang ibu menahankan pedih rahimnya
Di kamar bersalin
Dan seluruh keluarga mendoa dan menanti ingin
Akan datangnya anggota kemanusiaan baru ini
Ketika itu tak seorangpun tahu

Bahwa 20, 22 atau 25 tahun kemudian
Bayi itu akan ditembak bangsanya sendiri
Dengan pelor yang dibayar dari hasil bumi
Serta pajak kita semua
Di jalan raya.di depan kampus atau di mana saja
Dan dia tergolek di sana jauh dari ibu, yang
Melahirkannya. Jauh dari ayahnya
Yang juga mungkin sudah tiada
Bayi itu pecahlah dadanya. Mungkin tembus keningnya
Darah telah mengantarkannya ke dunia
Darah kasih sayang
Darah lalu melepasnya dari dunia
Darah kebencian

Yang ingin saya tanyakan adalah
Tentang harga sebuah nyawa di negara kita
Begitu benarkah gampangnya?
Apakah mesti pembunuhan itu penyelesaian
Begitu benarkah murahnya? Mungkin sebuah
Nama lebih penting
Disiplin tegang dan kering
Mungkin pengabdian kepada negara asing
Lebih penting
Mungkin

Surat ini adalah sebuah sajak terbuka
Maafkan para studen sastra. Saya telah

Menggunakan bahasa terlalu biasa
Untuk puisi ini. Kalaulah ini bisa disebut puisi
Maalkan saya menggunakan bahasa terlalu biasa
Karena pembunuhan-pembunuhan di negeri inipun
Nampaknya juga sudah mulai terlalu biasa
Kita tak bisa membiarkannya lebih lama)

Kemudian kita dipenuhi pertanyaan
Benarkah nyawa begitu murah harganya?
Untuk suatu penyelesaian
Benarkah harga-diri manusia kita
Benarkah kemanusiaan kita
Begitu murah untuk umpan sebuah pidato
Sebuah ambisi
Sebuah ideologi
Sebuah coretan sejarah
Benarkah?

1965

Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini - Taufik Ismail

Tidak ada pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur
Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun yang lalu
Dalam setiap kalimat yang berakhiran
“Duli Tuanku ?”

Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka
Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus.

Minggu, 15 Februari 2009

walking in the rain

I try to find you there
then you find me
I try to find the sun
and you light my way

I'm walking in the rain
then you hold me

I'm walking in the rain
to see
am I in your heart?

Kamis, 05 Februari 2009

kuliah,kuliah,kuliah...................................

hm............
masa depan
lulus un
KULIAH
ato kebalik strukturnya?
ya whatever
yang pasti semuanya bikin aku jadi gak karuan.
gimana gak?
sedikit ja ceroboh alias gak hati-hati
wush!
dunia gonjang-ganjing!
ih...........
aku ngomong pa sich?
kacau gini!!!
astaghfirullah....
tapi gimana lg?
beginilah kenyataannya jadi manusia bingung linglung dan serba canggung
ah formulir sudah melayang kulamarkan ke perguruan tinggi yang tak pernah terbayang
pilihan lain?
ah rasanya tak cerdas!
ya Allah
bingung
pusing
cemas
takut

gak!
wake up nenk!
buang jauuuuuuuhhhhhhh..................
bisikan-bisikan rusak kayak gitu!

karena...
jalan menuju sukses itu bukan jalan tol di mana kita bisa ngebut seenaknya tapi tetap aman!
tapi jalan menuju sukses itu
jalan penuh tikungan,pudunan,tanjakkan,dsb
yang membuat kita lelah
tapi............
temukan bedanya!
kepuasan yang tak pernah kau bayangkan!
oceh?

just be u!

oh bahagianya....

oh bahagianya....

akhirnya aku bisa egois
akhirnya aku bisa
melakukan untukku
aku bisa memutuskan
hidupku

meski banyak
ketakutan
kritik
dan sebagainya

tapi aku sangat bahagia
untuk diriku

selamat diriku,,,,,,,,!

jika aku salah

jika aku salah
tolong

jika aku salah
tolong maafkan

jika aku salah
tolong maafkanlah

jika aku salah
tolong maafkanlah aku

jika aku salah
maaf

maafkan

maafkanlah

maafkanlah aku

jika aku salah

Selasa, 20 Januari 2009

maaf yach?

maaf yach
jika aku terlalu membiarkanmu
menjadi engkau
bukan aku lagi
mungkin kepercumaan katamu
tapi bagaimana lagi?
segala seperseribu entah yang kau gantungkan
terlalu amat
aku tak bisa jadi mau
jadi maaf yach?
aku harus meninggalkanmu
duhai sahabat kecilku....

apakah mantan sahabat itu ada?

benar sakit saat dia pergi dari dunia
namun kubiarkan nyawanya hidup saja di nyawaku

tapi jika bukan demikian
dan cuma jasadnya yang pergi
maka sakit lebih dari itu

kami bersama sejak kekanakan
tapi cuma sejenak kala muda
dia pergi begitu saja

jika mantan kekasih itu ada
dan mampu jadi sahabat
maka mungkinkah mantan sahabat jadi saudara?

kepada yang terhormat
saudari......
sungguh aku ingin merebut hidupmu yang tlah merebutmu dariku
tapi aku terlalu tak ingin kau menangis
maka kubiarkan kau tertawa di atas lukaku
meski ini mungkin kesekian yang terjadi

Senin, 12 Januari 2009

Kepada Diriku

assalamu'alaikum...
wahai diriku, apa kabar dirimu?
masihkah kau mencintai Allah di atas segalanya?
atau telah kau gantikan dengan yang lain?

duhai jiwaku, apa kabar hatimu?
masihkah terpaut kitab suci?
ataukah telah kau isi dengan yang lain?

engkau tingkahku?
masihkah mencermin sunnah nabi?
atau ada idola lain yang kau kiblati?


betapa...
hidup ini indah
hanya engkau saja yang terlalu ceroboh dalam melihat nikmat Tuhan
kau dibutakan air matamu
karena kau terlalu banyak menangis
kau senang menjadi korban Tuhan dan menuduh-Nya sebagai pembunuh tawamu

duhai diri
carilah pada Tuhan tentang hidayah
agar tahu dirimu tentang indah hidup ini
tentang karunia Tuhan yang tak akan pernah mampu kau hitung

diriku
maka hiduplah dirimu
tapi bukan karena kau harus hidup
tapi karena kau harus bersyukur
atas segala kesegalaan yang diberikan Tuhan untuk mahluk tak tahu malu seperti engkau

Mengapa Yahudi Senang Membantai Anak-anak?

Terjawab sudah mengapa agresi militer Israel yang biadab dari 27 Desember 2008 kemarin memfokuskan diri pada pembantaian anak-anak Palestina di Jalur Gaza. Seperti yang diketahui, setelah lewat dua minggu, jumlah korban tewas akibat holocaust itu sudah mencapai lebih dari 900 orang lebih. Hampir setengah darinya adalah anak-anak. Selain karena memang tabiat Yahudi yang tidak punya nurani, target anak-anak bukanlah kebetulan belaka.

Sebulan lalu, sesuai Ramadhan 1429 Hijriah, Khaled Misyal, pemimpin Hamas, melantik sekitar 3500 anak-anak Palestina yang sudah hafidz Alquran. Anak-anak yang sudah hafal 30 juz Alquran ini menjadi sumber ketakutan Zionis Yahudi. "Jika dalam usia semuda itu mereka sudah menguasai Alquran, bayangkan 20 tahun lagi mereka akan jadi seperti apa?" demikian pemikiran yang berkembang di pikiran orang-orang Yahudi.

Tidak heran jika-anak Palestina menjadi para penghafal Alquran. Kondisi Gaza yang diblokade dari segala arah oleh Israel menjadikan mereka terus intens berinteraksi dengan Alquran. Tak ada main video-game atau mainan-mainan bagi mereka. Namun kondisi itu memacu mereka untuk menjadi para penghafal yang masih begitu belia. Kini, karena ketakutan sang penjajah, sekitar 500 bocah penghafal Quran itu telah syahid. (sa)

Sabtu, 03 Januari 2009

MALU (AKU) JADI ORANG INDONESIA - TAUFIQ ISMAIL



I

Ketika di Pekalongan, SMA kelas tiga
Ke Wisconsin aku dapat beasiswa
Sembilan belas lima enam itulah tahunnya
Aku gembira jadi anak revolusi Indonesia
Negeriku baru enam tahun terhormat diakui dunia
Terasa hebat merebut merdeka dari Belanda
Sahabatku sekelas, Thomas Stone namanya,
Whitefish Bay kampung asalnya
Kagum dia pada revolusi Indonesia
Dia mengarang tentang pertempuran Surabaya
Jelas Bung Tomo sebagai tokoh utama
Dan kecil-kecilan aku nara-sumbernya
Dadaku busung jadi anak Indonesia
Tom Stone akhirnya masuk West Point Academy
Dan mendapat Ph.D. dari Rice University
Dia sudah pensiun perwira tinggi dari U.S. Army
Dulu dadaku tegap bila aku berdiri
Mengapa sering benar aku merunduk kini


II

Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, ebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam, Champs Élysées dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu aku jadi orang Indonesia.

III

Di negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor satu,
Di negeriku, sekongkol bisnis dan birokrasi
berterang-terang curang susah dicari tandingan,
Di negeriku anak lelaki anak perempuan, kemenakan, sepupu
dan cucu dimanja kuasa ayah, paman dan kakek
secara hancur-hancuran seujung kuku tak perlu malu,
Di negeriku komisi pembelian alat-alat berat, alat-alat ringan,
senjata, pesawat tempur, kapal selam, kedele, terigu dan
peuyeum dipotong birokrasi
lebih separuh masuk kantung jas safari,
Di kedutaan besar anak presiden, anak menteri, anak jenderal,
anak sekjen dan anak dirjen dilayani seperti presiden,
menteri, jenderal, sekjen dan dirjen sejati,
agar orangtua mereka bersenang hati,
Di negeriku penghitungan suara pemilihan umum
sangat-sangat-sangat-sangat-sangat jelas
penipuan besar-besaran tanpa seujung rambut pun bersalah perasaan,
Di negeriku khotbah, surat kabar, majalah, buku dan
sandiwara yang opininya bersilang tak habis
dan tak utus dilarang-larang,
Di negeriku dibakar pasar pedagang jelata
supaya berdiri pusat belanja modal raksasa,
Di negeriku Udin dan Marsinah jadi syahid dan syahidah,
ciumlah harum aroma mereka punya jenazah,
sekarang saja sementara mereka kalah,
kelak perencana dan pembunuh itu di dasar neraka
oleh satpam akhirat akan diinjak dan dilunyah lumat-lumat,
Di negeriku keputusan pengadilan secara agak rahasia
dan tidak rahasia dapat ditawar dalam bentuk jual-beli,
kabarnya dengan sepotong SK
suatu hari akan masuk Bursa Efek Jakarta secara resmi,
Di negeriku rasa aman tak ada karena dua puluh pungutan,
lima belas ini-itu tekanan dan sepuluh macam ancaman,
Di negeriku telepon banyak disadap, mata-mata kelebihan kerja,
fotokopi gosip dan fitnah bertebar disebar-sebar,
Di negeriku sepakbola sudah naik tingkat
jadi pertunjukan teror penonton antarkota
cuma karena sebagian sangat kecil bangsa kita
tak pernah bersedia menerima skor pertandingan
yang disetujui bersama,

Di negeriku rupanya sudah diputuskan
kita tak terlibat Piala Dunia demi keamanan antarbangsa,
lagi pula Piala Dunia itu cuma urusan negara-negara kecil
karena Cina, India, Rusia dan kita tak turut serta,
sehingga cukuplah Indonesia jadi penonton lewat satelit saja,
Di negeriku ada pembunuhan, penculikan
dan penyiksaan rakyat terang-terangan di Aceh,
Tanjung Priuk, Lampung, Haur Koneng,
Nipah, Santa Cruz dan Irian,
ada pula pembantahan terang-terangan
yang merupakan dusta terang-terangan
di bawah cahaya surya terang-terangan,
dan matahari tidak pernah dipanggil ke pengadilan sebagai
saksi terang-terangan,
Di negeriku budi pekerti mulia di dalam kitab masih ada,
tapi dalam kehidupan sehari-hari bagai jarum hilang
menyelam di tumpukan jerami selepas menuai padi.

IV

Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, Lebuh Tun Razak,
Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza
Berjalan aku di Dam, Champs Élysées dan Mesopotamia
Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata
Dan kubenamkan topi baret di kepala
Malu aku jadi orang Indonesia.

Cuma Doa, Senjata Kami yang Tersisa

"Musik tahun baru kami adalah deru suara pesawat tempur Israel, kembang api tahun baru kami adalah percikan-percikan sinar dari misil-misil Israel," kata Raed Samir, seorang pemuda Gaza dengan nada sendu.

Itulah gambaran tahun baru di Jalur Gaza, di saat penduduk dunia bersuka ria merayakan tahun baru dengan hura-hura dan pesta kembang api. Dimana-mana disampaikan pesan tahun baru yang penuh harapan, tapi tidak bagi warga Gaza yang memulai tahun baru dengan penderitaan yang mungkin akan berlangsung lama akibat kebiadaban kaum Zionis Yahudi Israel.

"Lihatlah ke luar, pesawat-pesawat tempur F-16 tersenyum padamu, misil-misil menari untukmu, zanana (suara gemuruh) bernyanyi untukmu," itulah bunyi sms yang diterima Fathi Tobal, juga warga Gaza dari seorang temannya.

Tobal dengan sinis berkata,"Sementara orang lain di seluruh dunia berpesta, kelihatannya pasukan udara Israel sedang berusaha memberikan kami kembang api."

Apa yang dirasakan rakyat Palestina sekarang? Banyak diantara mereka yang merasa diabaikan dan dikhianati oleh masyarakat internasional. "Dunia seharusnya membuka mata, daripada menari-nari dan minum-minum, mereka seharusnya menghentikan sebuah holocaust yang sedang dialami rakyat Gaza. Dunia internasional seharusnya sudah menghentikan dan melindungi hak-hak kami dibawah penjajahan Israel," kata Asad Abu Sharekh, seorang profesor dan pengamat politik.

Warga Gaza bernama Marwan, 40, mengatakan, di apartemennya yang cuma dua kamar kini ada 25 anggota keluarganya yang mengungsi untuk menghindar dari serangan udara Israel. "Orang tua, saudara perempuan, saudara lelaki saya terpaksa mengungsi karena khawatir dengan bombardir Israel di tempat tinggal mereka," ujarnya.

Banyak keluarga di Gaza kini mengungsi ke rumah kerabat atau ke gedung-gedung sekolah. Meski di tempat itu juga mereka tidak aman karena Israel tidak pandang bulu menjatuhkan bom-bomnya. Masjid-masjid pun menjadi target serangan pasukan Zionis biadab itu.

"Seperti yang kalian lihat, pesawat-pesawat Israel menebarkan ketakutan dimana-mana. Saya berharap anak-anak muda di tempat lain, melakukan sesuatu sebagai bentuk solidaritasnya pada kami, anak-anak muda di Palestina.

Pada tahun baru, rakyat Palestina biasanya mengucapkan "Kul am wa antum bi khoir" (Semoga Anda selalu sehat dan selamat). Tapi tahun ini, warga Palestina di Gaza saling mengucapkan "Kul qasif wa antum bi khoir" (semoga Anda selamat setelah pengeboman). Sungguh Ironis.

Sebagian warga Gaza yang bertahan di rumah-rumah mereka tidak berani keluar. Anak-anak tak lagi pergi sekolah, para lelaki tidak bisa bekerja bahkan salat pun kini di rumah saja, karena masjid-masjid banyak yang hancur. Para orang tua langsung meraih anak-anaknya, jika melihat mereka mendekat ke jendela atau membuka pintu untuk sekedar mengintip situasi di luar.

Abu Anas Al-Banna beserta isteri dan 10 anaknya kini cuma bisa berdiam diri di rumah kecil mereka di Gaza City. Selama enam hari ini mereka merasakan getaran dan suara dentuman yang memekakkan telinga akibat ledakan misil-misil Israel.

"Kematian mengintai kami semua. Saya sendiri panik dan rasanya ingin berteriak, tapi tak bisa. Saya harus kuat demi anak-anak saya," kata seorang ibu sambil memeluk erat Sami, puteranya yang baru berusia tiga tahun dan tidak berhenti menangis.

"Tidak ada jeritan ataupun air mata yang bisa menyelematkan kami. Berdoa. Doalah satu-satunya senjata kami yang tersisa," kata Abu al-Banna.

Saat malam menjelang merupakan saat-saat yang menakutkan bagi keluarga al-Banna. Lina, 14, salah satu anak perempuan al-Banna, dari sudut tempat tidurnya cuma bisa berbisik bahwa ia sangat ketakutan saat malam tiba. Saudara lelakinya, Anas, juga masih ketakutan setelah beberap jam bombardir yang dilakukan Israel ke pemukiman mereka. Tubuhnya gemetar. "Saya tidak bisa merasakan apa-apa lagi. Saya kehilangan semua rasa indera saya," kata Anas.

Sejak serangan Israel hari Sabtu kemarin, keluarga al-Banna memutuskan untuk tinggal dalam satu ruangan. Mereka memilih kamar yang tidak ada jendela di sudut yang paling jauh dari lantai dasar, tempat yang paling minimal dari resiko terkena bombardir Israel. Abu al-Banna juga menyiapkan peralatan pertolongan pertama. Meski demikian, mereka tetap tidak bisa memejamkan mata saat malam turun di Gaza.

Anak-anak menutup muka atau menutup telinga mereka jika menderngar deru pesawat tempur Israel. "Setiap menit, rasanya kami harus siap mengucapkan perpisahan satu sama lain. Kami tidak pernah tahu apakah kami akan selamat esok hari," kata mereka pasrah.

'disunting dari erammuslim.com'